Rabu, 07 November 2007

Cambodia & Chiang Mai


Cambodia & Chiang Mai
( Benny "Benjie" Herlambang Photojournal )





Setelah menempuh perjalanan dengan pesawat udara dari Jakarta menuju Batam kemudian dilanjutkan dengan ferry ke Singapore, sekitar jam 6 sore hari saya mendarat di bandara udara Svarnabhumi di Bangkok – Thailand, karena keesokan paginya saya masih harus meneruskan perjalanan menuju Phnom Penh – Cambodia jadi saya putuskan malam itu untuk night shoot di Bangkok. Tujuan saya adalah Grand Palace, sayangnya ketika saya tiba disana lampu yg menghiasi Grand Palace sudah dimatikan dan saya hanya melakukan night shoot di Wat Pho

Keesokan paginya saya berangkat menuju Phnom Penh ibukota dari Kerajaan Cambodia. Banyak hal terjadi disini, saat di imigrasi saya ditanya soal visa yang setahu saya untuk negara – negara anggota ASEAN bebas visa, daripada ngotot malah akhirnya menjadi masalah akhirnya saya harus merelakan sebesar US$ 20 untuk membuat visa dadakan. Tujuan saya ke Cambodia sebenarnya menuju kota Siam Rep tempat dimana terdapat Angkor Wat, tetapi saya juga ingin melihat bagaimana Cambodia saat ini.

Sambil menunggu waktu, karena saya tertinggal boat yang menuju Siam Rep saya berkeliling kota Phnom Penh dengan menggunakan taxi moto istilah keren untuk ojek disana. Objek yang saya kunjungi adalah Killing Field disini dulu adalah tempat pembantaian sekitar 17.000 manusia yang dieksekusi antara tahun 1975 hingga 1978 oleh Khmer Rouge, tempat nya cukup sunyi dan saya adalah satu – satu turis yang datang saat itu. Semula saya akan mengambil foto tulang belulang dan tengkorak manusia yang berada di semacam aquarium, tapi entah mengapa saya merinding sendiri saat melihatnya apalagi teringat saat saya melakukan pemotretan di Lawangsewu - Semarang beberapa waktu yang lalu dimana kamera saya sempat menangkap objek yang tidak terlihat oleh mata jadi saya tidak mengambil foto disini.

Keesokan paginya saya berangkat menuju Siam Rep dengan menggunakan boat sekitar 6 jam, dalam perjalan yang melalui sungai Tonle Sap banyak terdapat perkampungan nelayan diatas sungai ini.

Sampailah akhirnya saya di terminal boat di Phnom Krom yang berjarak 11 Km dari kota Siam Rep, kendaraan favorit saya selama di Cambodia adalah taxi moto alias ojek motor selain cukup murah kebanyakan pengemudinya bisa jadi merangkap tour guide untuk saya. Pengemudi ojek saya bernama Ha, bersama dia saya berkeliling kota Siam Rep. Saya bertanya kepada Ha bagaimana kalau saya menggunakan cara borongan selama saya di Siam Rep dan kebetulan dia setuju. Untuk satu harinya dia meminta US$ 10 (cukup murah dibanding biaya sekali jalan ke satu lokasi biasanya sekitar US$ 3). Yang mengherankan dan juga kagum, negara ini ternyata lebih suka menerima pembayaran dalam US Dollar ketimbang mata uangnya sendiri (hal yang sama dengan saat saya pergi ke Vietnam beberapa waktu ), selain itu hampir semua pengemudi ojek disini dapat berbahasa inggris dengan baik bukan cuma itu bahkan anak kecil penjaja di pasar dengan santun berucap dalam bahasa inggris.

Di Siam Rep banyak memiliki “candi” selain Angkor Wat ada banyak candi lainnya, salah satunya adalah Ta Prohm yang digunakan shooting film Tomb Raider.
Dengan membayar Ha US$ 20 selama dua hari, ternyata bukan hanya transport dan tour guide yang saya dapat, tetapi dia juga mereservasikan tempat untuk diner Apsara Dance performance plus menjadi body guard untuk saya dan dia cukup setia menunggu saya ke semua tempat yang saya kunjungi (he..he.. kapan lagi bisa punya body guard !!!).
Saat saya menikmati diner dan pertujukan tarian Apsara, kebetulan duduk disebelah saya seorang pejabat setingkat dirjen dari Kementerian Land Management, Urban Planning and Construction Kerajaan Cambodia – Mr. Than Vannara. Dia sempat bertanya apa saya berasal dari Thailand ? saya jawab bukan, saya berasal dari Indonesia dan dia langsung menjabat tangan saya dan bercerita tentang pembangunan di sini, bahkan dia meminta saya untuk mempromosikan Cambodia kepada para pengusaha di Indonesia untuk berinvestasi di Cambodia, saya cuma bengong dan berfikir “Emang siapa gue !!! dia pikir gue Duta Besar kalee”.

Setelah dua hari di Siam Rep saya kembali ke Phnom Penh dengan menggunakan bus selama 6 jam perjalanan, malam harinya saya menikmati keindahan kota Phnom Penh untuk keesokan harinya menuju ke Bangkok – Thailand.

Dari Bangkok saya langsung menuju stasiun kereta api untuk pergi menuju Chiang Mai yang memakan waktu sekitar 10 jam. Sesampainya di Chiang Mai saya sambil berjalan menuju penginapan sekalian melakukan foto hunting. Keesokan harinya saya bersepeda gunung di pegunungan Doi Pui, seru juga bersepeda menuruni pegunungan meski lengan saya benjut menabrak pohon (maklum saya belum pernah bersepeda offroad downhill). Setelah kurang lebih 4 jam bersepeda, saya kembali ke Chiang Mai untuk beristirahat karena esok harinya saya akan trekking dan caving (menyusuri gua) di daerah Chiang Dao. Di daerah pegunungan Chiang Dao juga tinggal beberapa suku minoritas seperti suku Karen, Lisu, Lahu, Akka, Hmong. Suku – suku ini kebanyakan hidup sebagai petani terutama opium (sejak 10 tahun yang lalu hal ini dilarang oleh pemerintah Thailand) dan juga sebagai pengrajin.

Sepulang dari Chiang Mai saya menyempatkan untuk mengunjungi kota Ayuthaya, disini banyak juga terdapat candi (candi lagi candi lagi……..)
Setelah selesai berkeliling kota Ayuthaya, saya melanjutkan perjalanan ke Bangkok karena saya ada janji dengan teman – teman dari club foto di Bangkok untuk melakukan pemotretan model.

Seselesainya melakukan pemotretan model saya kembali menuju hotel untuk beristirahat, karena besok harinya saya kembali ke Singapore untuk selanjutnya menuju Jakarta namun sebelumya malam itu saya juga mencoba merasakan pijatan jari – jari halus dari Thai Massage ……..

Tidak ada komentar: