Kamis, 08 November 2007

Nyemplung Di Pulau Pramuka


Nyemplung (or kecebur) Di Pulau Pramuka
( Benny "Benjie" Herlambang Photojournal )

Semula saya akan melakukan treking ke Gn. Halimun tapi entah kenapa sebelum masuk Cawang pikiran saya berubah menjadi ke Muara Angke. Sesampainya di pasar ikan Muara Angke jalan becek dan bau amis menusuk hidung (untung bukan jantung) sayang saya datang kesiangan sekitar pkl. 7 pagi padahal kalau pagian dikit disana ada aktifitas nelayan menurunkan ikan, kegiatan pelelangan ikan dan para pedagang ikan yang sedang bertransaksi berjulan ikan. Agak frustrasi saya duduk sambil ngopi di warung kopi sambil tanya-tanya kepada bapak pedagang warung kopi dimana ada kapal/perahu ke pulau seribu. Gayung bersambut….. si bapak sampai menunjuk jarinya “tuh” kapalnya dah nunggu. Ternyata kapal yang dimaksud adalah kapal Klotok …..penumpang…… wah pada duduk diatas atap kapal persis penumpang KRL. Tanggung nyemplung di Muara Angke saya naik juga tuh kapal, sekitar jam 07.30 perahu klotok berangkat dari dermaga menuju ke kepulauan seribu.

Perahu/kapal ini melayani route Muara Angke – Pulau Untung Jawa – Pulau Pramuka – Pulau Kelapa, dengan kapasitas penumpang semaunya dan tanpa pelampung penyelamat tarifnya pun cukup murah cuma Rp. 25.000 sekali jalan bayar ke kernet diatas kapal persis kayak naik metromini. Lama perjalanan yang ditempuh hingga pulau Pramuka dengan perahu klotok ini sekitar 2,5 jam, sebenarnya ada kapal cepat dengan fasiltas modern dan cukup terjamin keselamatannya yaitu KM Lumba-lumba dan KM Kerapu milik Pemda DKI yang berangkat dari Marina Ancol tarifnya masih sangat terjangkau cuma Rp. 36.000 sekali jalan. Baik dari Angke maupun Marina jadwal keberangkatan hampir bersamaan yaitu pkl. 07.00 dan Pkl. 12.00 sedang kepulangan ke Jakarta dari pulau Pramuka pkl. 10.00 dan pkl. 13.00 (lewat dari itu terpaksa dah nginep semalem lagi tuh di pulau).

Sekitar pkl. 10 saya sampai di Pulau Pramuka yang juga ibukota Kabupaten Kepulauan Seribu, lumayan lah untuk sebuah ukuran pulau terdapat fasilitas rumah sakit dan pemukiman yang tertata. Disana terdapat penginapan milik Pemda (Wisma De Lima) dan 1 (satu) Homestay milik penduduk dan 1 milik PPA, apesnya saat itu semua penginapan saat itu penuh alias fully book oleh para penyelem.
Penduduknya pun cukup ramah menyapa setiap pendatang sementara si pendatang kadang-kadang belagu sambil menenteng peralatan selamnya serasa jagoanya nyelam saja, sementara saya hanya menyelami hidup yang kecemplung di pulau ntah tidur dimana malam nanti. Sementara perut mulai bernyanyi saya mendatangi warung Indomie, iseng-iseng saya bertanya kepada si ibu pemilik warung mengenai keadaan pulau Pramuka. Tidak lama adik si ibu warung datang dan berkenalan dengan saya, dia adalah Pak Yamin (M. Yamin) seorang guru SMA di Pulau Pramuka. Ternyata pak Yamin dan keluarganya menawarkan saya untuk menginap dirumahnya ….. huahhhh senang dan mikir ternyata hari genee… masih ada orang yang mau menolong sesama……

Setelah istirahat sejenak saya berkeliling pulau, bertegur sapa dengan penduduk setempat, sempat malah saya dikira wartawan dari TV. Di pulau ini selain dijadikan based camp para penyelam juga terdapat penangkaran penyu. Disekitar pulau Pramuka terdapat Pulau Panggang, Pulau Karya, Pulau Air dan Pulau Semak Daun semuanya bisa dijangkau dengan menggunakan perahu motor dengan membayar Rp. 2000 untuk satu tujuan pulau (P. Pramuka – P. Karya – P. Panggang) sedang untuk P. Air (milik Ponco Sutowo) dan P. Semak Daun (tidak berpenduduk nah klo yang ini cocok deh untuk ambil sesi foto model selain itu pantainya berpasir putih untuk landscape juga OK ….wuiihhhhh…. bisa juga berenang atau snorkling) tarif nego dengan pemilik ojek perahu. Setelah mengelilingi pulau Pramuka sore harinya saya di ajak pak Yamin mengunjungi rumah adiknya di P. Panggang, sebelum kesana kami sempat mampir ke P. Karya. Di banding di P. Pramuka ternyata di P. Panggang lebih banyak terdapat human interest seperti sore itu para nelayan sedang menurunkan ikan hasil tangkapannya.

Sayangnya nyaris terlewat mengambil foto sunset karena perahu yang saya tumpangi harus menjemput turis jepang yang snorkling disekitar P. Air sedikit sedih karena foto sunset yang terambil hanya sedikit, ujung-ujungnya nggak dapat foto malah jadi kenalan dan foto – foto sama nona-nona Jepang yang baru selesai snorkling… haalaaaaah ….. usaha….usaha……

Sambil iseng saya membeli ikan (namanya lupa) sekitar 6 kiloan cuma seharga Rp. 4000, lumayan lah sekedar bekal makan malam dengan ikan bakar. Selesai makan malam pak Yamin mengajak saya memancing ke laut, kebetulan malam itu pak Yamin merangkap sebagai pemandu pancing untuk para pemancing ikan dari Jakarta. Dengan perahu yang disewa para pemancing kami berangkat,….Gilaaa gelap benar tuh liat kesamping saja tidak ada yang bisa dilihat Cuma ngebayanging klo nabrak karang trus tenggelam siapa yang nolong ya…..

Sepulang memancing ikan sekitar pkl. 04.00 pagi saya langsung menuju pantai menanti sang fajar menyinsing, ternyata cuaca dipagi itu kurang bersahabat alias berkabut jadi sang surya pun malu-malu untuk muncul bengep dah…… sambil menghibur diri saya berjalan menyusur pantai mana tahu ada objek menarik untuk dijadikan sasaran kamera. Dengan diantar oleh pak Yamin, sekitar pukul 1 siang saya kembali ke Jakarta via Marina Ancol dengan menggunakan KM Lumba-lumba (rp. 35.000 o/w). Huah setiap perjalanan memang ada banyak hal yang kita temukan…. Open your eyes … open your heart ….. you will find the world with many much color of life.

1 komentar:

Tolush mengatakan...

nice info..
thanks..