Rabu, 07 November 2007

Life is Hard “ Ojek Sepeda ”

Life is Hard “ Ojek Sepeda ”
(Benny “Benjie” Herlambang Photojournal)

“di sana rumahku dalam kabut biru hatiku sedih di hari minggu…..
…..di sana kasihku berdiri menunggu di batas waktu yang telah tertentu…..
..... ke Jakarta aku kan kembali walaupun apa yang kan terjadi ke Jakarta aku kan kembali walaupun apa yang kan terjadi.....”
Writen : Tonny Koeswoyo, Vocal : Koes Plus


Syair lagu jadul Koes Plus diatas mengingatkan kita akan daya tarik Ibu Kota Jakarta, meski pepatah mengatakan “Sekejam – kejamnya ibu tiri masih lebih kejam Ibu Kota” tetapi tetap saja Jakarta memiliki daya tarik bagi para pendatang untuk mengadu nasib. Entah kehidupan apa yang mereka yang jalani, mulai dari Eksekutif Puncak, Expatriat, hingga pemulung dan tunawisna, namun itulah kontrasnya warna – warni gambaran kehidupan di Jakarta.

Ditengah hiruk pikuknya dan gemerlapnya kehidupan, satu sisi kehidupan yang mungkin sudah sangat jarang ditemui di Jakarta adalah “Ojek Sepeda”. Ojek Sepeda ini masih dapat ditemui di sekitaran daerah Kota, seperti Glodok, Jembatan Lima, Mangga Dua, Tanjung Priok. Kehidupan pengojek sepeda ini juga mencerminkan kerasnya kehidupan mereka. Demi sepeser Rupiah untuk menghidupi diri dan keluarganya, para pengojek sepeda ini rela berpanas dibawah teriknya matahari dan berbasah kuyup di guyuran hujan.

Pengojek sepeda yang rata – rata mulai berusia lanjut, seakan tidak memiliki pilihan hidup lain untuk menikmati hari tuanya selain menggoes sepeda yang usianya juga tua, mereka mengantar para penumpangnya ketujuan yang diminta. Berapa sih hasil dari goesan mereka ? Sekali jalan rata – rata para pengojek sepeda ini memasang tarif antara Rp. 3000 sampai Rp. 5000 tergantung kepada jarak yang ditempuhnya, sedang pendapatan hariannya ? tergantung nasib mereka hari itu, apa mendapatkan penumpang atau tidak.
Inilah potret sisi lain kehidupan di Jakarta dan meski bagaimanapun mereka memang ada di tengah kehidupan ini

Tidak ada komentar: